Minggu, 24 Maret 2013
"Merasakan Tuhan?" Zalfa memasang wajah tak percaya
"Ya.." Suara Calvin yakin terdengar
Zalfa menunduk, apa yang dikatakan Clavin sehingga melahirkan pertanyaan itu benar-menar mengubah persepsinya tentang Calvin. Ia seolah berubah tiga puluh persen lebih sempurna. Baru pertama kali Zalfa mendengar Calvin menyebut Zat Maha Suci; Tuhan. Zalfa mengubah bibirnya yang membuka lebar menjadi lebih miring sedikit, Calvin menilai itu senyum terpahit.
"Caranya?" Lagi-lagi Zalfa yang harus membuka percakapan dari hening yang hampir memanjang.
"Tatap bulan.." Jelas Calvin seraya menatap bulan yang mengintip drama cinta di kolong langit, drama mereka; Zalfa dan Calvin.
"Bulannya jutek ya? Sinarnya lebih terang malam kemarin" Ungkap Zalfa seolah tak mengerti posisi bulan sebagai pengagum kebersamaan dia dan teman laki-lakinya yan
g tidur satu atap dengannya.
Jarak mereka malam ini lebih dekat dua centimenter, tak terlihat lagi cairan canggung dari wajah Calvin, musnah sudah rasa gengsi yang sebelumnya merekat erat pada mata Zalfa, hampa sudah ruang hampa keduanya. Halaman belakang yang hamparan rumputnya sedang diduduki raja dan ratu semalam makin menghijau, warnanya jelas terlihat meski malam makin menghitam.
"Selamat malam.." Ucap Calvin setelah bangun dari duduknya.
"Lho, mau kemana Calv?"
"Tidur" Kata Calvin yang tubuhnya semakin menghilang dari sisi Zalfa.
Melihat ketidakadaan Calvin lagi disampingnya, Zalfa bangun dan berlari cepat ke kamar, menggapai kasur dengan sprei merah maroon, menutup wajhanya erat dengan bantal lalu berteriak senang dengan beribu ketidak jelasan kata. Wajah itu merah padam, 'Selamat Malam' dari Calvin membuat matanya tak kuasa ditutup kantuk, ia berdiri di atas kasur, melompat ria setinggi-tingginya. Andai ia bisa mengecil dan terbang, mungkin sekarang tubuhnya sedang berada di balik bantal Calvin, berusaha menggapai telinga Calvin lalu membisikkan lembut kata,
"Selamat malam, Calvin" Andainya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar