Karmila duduk berhadapan dengan bangku kosong. Malam ini wajahnya terlihat terlalu muda untuk umur 46. Dengan gaun merah selutut, ia setia menunggu Koes, mantang kekasihnya. Alunan Making Love Out Of Nothing At All dari Aerosmith di cafe itu mengingatkan wajah Rubi, ibu aseli Abi. Rubi wanita malam, Rubi wanita dibuang, Rubi wanita hilang.
Tut.. tut.. tangannya menggenggam iPhone yang didekatkan ke telinga
"Nomor yang anda tuju, sedang sibuk. Silahkan hubungi beberapa saat lagi"
Ia diam. Koes tak kunjung ada, suara Abi tak kunjung terdengar. Ia mengambil satu dari sebungkus rokok, ujungnya didekatkan pada korek api, dihisapnya. Sepanjang satu batang, ruang otaknya berpikir tentang sebuah perasaan bernama rindu. Ia rindu terlalu rindu, pada seseorang yang ia cintai, tapi seseorang itu bukan tempatnya. Abi. Ia bukan siapa-siapa, yang Abi tahu ia ibunya. Pipinya lagi-lagi basah oleh seutas air mata, ingin melepas Abi, tapi sayang.. ia terlalu mencintai. Kau tahu kan bagaimana rasanya melepas seseorang yang jelas-jelas dia datang untuk menjadi napasmu?, dapatkah kamu berhenti bernapas sejenak hanya untuk mencari napas yang lain? Aku rasa tidak. Aroma air matanya dilenyapkan asap rokok. Ruang hatinya terlalu lemah untuk menunggu lebih lama.
"Bu, tadi kenapa nelfon?"
"Bagaimana sekolah kamu, Bi?"
"Lagi libur, besok Abi mau ke rumah sakit..."
Karmila membenarkan posisi duduknya cepat "Kamu sakit apa?"
"Eyang, bu.."
"Sakit apa dia?" Ketegangan ototnya mulai mengendur
"Cuma mau check up aja kok.."
"Abi.."
"Ibu.."
"Ibu kangen Abi.."
".................."
"Bi, Ibu sayang Abi.."
"------------"
"Kok Abi diam?"
"------------"
"Abi ngantuk ya?"
"....................."
"Selamat tidur, Bi"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar