Selasa, 11 Desember 2012

Terus Bersamamu, Sharena





Namanya Sharena. Kulit putih wajahnya beradu dengan sinar senja. Hingga saat itu juga bangsal melati terasa terang. Sharena masih tertidur, matanya terpejam rapat.Bibirnya putih, wajahnya pasi. Habibie merapatkan jaketnya, sinar senja tak sama sekali menepis dinginnya ruang itu. Habibie menunggu diatas kursi cokelat yang tertaruh disamping ranjang sharena. Sekali lagi kuperjelas, menunggu!


Hari ini adalah hari ke dua puluh satu sharena terbaring lemah tanpa mata terbuka diatas ranjang itu, kanker dalam otaknya semakin menjalar, Ibunya pergi menikah dengan laki-laki nomor satu yang paling Ia benci, sahabat-sahabatnya memang tak pergi, tapi membuat dirinya mati rasa, menusuk deretan jiwa yang menopang cintanya dari belakang. Mungkin itu semua yang membuat dirinya malas untuk bangun, dan menatap dunia, walau hanya sekadar, satu detik, dua detik, tiga detik. Tapi.. Ia tak sadar bahwa Habibie ada disana. Disamping baringan dirinya, menunggunya, mencium keningnya, memeluk tubuh mungilnya erat. Sayang, sekali lagi sayang.. Sharena tak tahu.. bahkan tak pernah tahu.

Lelaki tujuh belas tahun itu melirik sebuah gitar yang tersender disudut kanan kamar, tanpa waktu panjang untuk berpikir, langkahnya maju untuk meraih alat musik berdawai itu...
Setelah benar-benar berada digenggamannya, barulah ia coba memetik. Pelan... Sambil menatap dalam wajah pucat Sharena.

Kutanamkan hatiku, tumbuh bersamamu 
Takkan kupetik hingga akhir masa hidupku 
Dengarlah.. kau dengar 
Selama bumi berputar, ku tetap milikmu

Nyanyian surga itu datang lagi, menembus ketegangan ruang yang mulai redup.

 
Dewi.. bukalah kedua matamu 
Pandanglah ruang di hatiku 
Dewi.. berikan nafasmu untukku 
Agar kuhirup bersamamu
bersamamu… terus bersamamu

Sebuah harapan akhirnya terlontarkan bersama alunan suci..
Hingga terbayang lagi lengkungan senyum Sharena dari sudut ke sudut. Hingga terasa lagi sentuhan lembut dari lelentikan jarinya, hingga tercium lagi aroma napas hidungnya, hingga terdengar lagi.. kalimat sebelum ia tidur panjang

"Aku mau kamu tetep disini, sama aku.." 

Habibie terdiam dan menunduk

"yaudah kamu pergi aja, aku gak nyangka. Ternyata malah kamu yang banyak 'enggak ada' dibanding orang lain"


Dengarlah, kau dengar 

Selama bumi berputar, ku tetap milikmu


Ia memejamkan matanya sambil terus bernyanyi kecil

Dewi.. bukalah kedua matamu 
Pandanglah ruang di hatiku 
Dewi.. berikan nafasmu untukku

Ia berharap Sharena bangun, menampung air matanya, menepis semua rasa sesalnya, mendepak segala rasa takutnya. Sharena adalah nadi. Sharena adalah air yang jatuh dalam hujan.. Sharena punya banyak arti dalam hidupnya.

Alat pendeteksi detak jantung disamping ranjang Sharena tak lagi menggambarkan lika-liku detakan itu. Hanya terlihat gambar garis lurus. Namun, Habibie belum tau..
Dirinya masih terpejam dan terus bernyanyi 

 agar kuhirup bersamamu 
bersamamu.. terus bersamamu 
bersamamu.. terus bersamamu 
bersamamu.. terus bersamamu

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar