Jumat, 14 Desember 2012

Lilo dan Hana




Tuhan memang mempertemukan mereka dari sebuah lubang kemunafikan. Tempatnya redup, hanya sinar bulan remang-remang yang mampu menembus celah-celah kecil ruang itu.
Tapi lain dalam hal mempersatukan. Mereka bersatu karena do’a. Dalam suara hati seorang mantan kekasih senja. Saat menunduk.. lalu meminta..

Hana…
Ia terus percaya. Perpisahan ayah dan ibunya  hanyalah sebuah permainan kecil dalam hidup
Meski terus menangis dan menangis, air matanya masih tersisakan untuk air mata bahagianya..
Ya. Untuk suatu hari nanti..
Lilo…
Datang bukan untuk pergi.
Dia datang untuk tetap disini..
Memeluk Hana erat, memetik dawai gitar lembut dan menyatakan ‘selamat malam’ untuk ibu
Berbeda dengan Hana, Lilo hidup bukan untuk meremehkan sebuah permainan kecil, tapi.. membuat sebuah permainan kecil agar Ia dapat membahak menertawakan nasib buruknya
Hana dan Lilo
Bersatu dengan merasakan Tuhan
Saling menggenggam karena duduk di satu ruang nasib
Namun..
Saling menertawakan jika salah satu diantara mereka jatuh karena masalah yang sama
Dan, pada akhirnya hari itu datang..
Saat Hana menari-nari dan berputar dalam sebuah menara bermandikan api..
Hana terus bernyanyi dan mencium aroma surga..
Namun Lilo menaiki ribuan anak tangga hanya untuk membuat Hana keluar dari api-api itu.
Tapi, terlanjur…
Anak tangga bersekonkol dengan anak api..
Lilo tak sampai. Lilo terjatuh. Lilo hangus. Tapi, Hana tetap menari.
Hingga Ia tak sadar, Lilo pergi. Lilo tak ada.
Walaubagaimanapun, malaikat Tuhan pernah bilang. Banyak yang lebih membutuhkan Lilo..
Maka Ia menarik Jiwa Lilo dengan hanya menggenggam tangan dinginnya
Dan meminta satu jam dari Tuhan,
Untuk Lilo tetap disini, dan Hana yang pergi….

Ini cerita tentang hari-hari dimana dua sejoli bertemu, saling merekatkan, satu nasib, satu jantung, satu nada lagu, satu malam, namun.. berbeda hari akhir..
Selamat Malam dan Selamat Jalan, Hana..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar