"Happy birthday to youu..." sorakan lagu itu memutar dikepalaku.
Bagaimana tidak? semua yang menyanyikan alunan itu sedang berada
dikelilingku.
Entah mengapa, aku tidak merasa-amat-senang dengan ulang tahun ku kali ini.
Aku tak peduli, seberapa banyak balon warna warni yang menggantung
disudut tembok, seberapa tegak lilin-lilin yang menyala diatas kue
tart-ku, aku juga tak peduli dengan seberapa banyak kalimat
"Selamat Ulang Tahun, Leesha"
tapi aku peduli, dengan yang baru hadir didepan pintu masuk rumahku.
"Emir?"
Suara lantangku, memecah keramaian. semua mata tertuju pada Emir, hasil mengikuti arah mataku.
Tanpa berpikir panjang, tanpa membalas senyum para undangan. Aku langsung bergegas menuju tempat Emir berdiri
"kenapa telat?" tanyaku penasaran
"Maaf, tadi macet" jawab Emir singkat
Emir datang dengan kemeja biru dengan kancing atas yang terbuka,
sedangkan bawahan dia mengenakan jeans pants. Dia terlihat berbeda dari
biasanya, senyumannya berseri. manis, dan aku suka
Suasana diruangan ini kembali normal, semua tamu asyik beraktivitas, ada
beberapa yang saling senda gurau, ada juga yang sibuk dengan makanan
yang dihidangkan, hingga sibuk memerhatikan sudut-sudut ruangan. Semua
terlihat menyenangkan. Semenjak Emir datang
'Lee...." panggil Emir
"Leeshaa.." panggil Ibu menyusul
Belum sempat menjawab panggilan emir, ibu langsung memanggil namaku.
Sepertinya Ibu sangat membutuhkanku, atau emir? ah. mana yang harus aku
pilih.
"Lee.. dipanggil ibu tuh" ujar Emir
"yaa, bentar ya mir" balasku sambil bergegas menuju tempat ibu berada
"Lee, acara do'a mau dimulai, ayo cepet kumpul!" seru ibu, sambil merangkulku dan berjalan bersamaku menuju ruang tengah
Kini aku merasa sedang berada ditengah ilalang, dibawah awan-awan yang
mendambakan senyumku, dan ditunggu oleh merpati merpati putih yang siap
menyampaikan do'a ku untuk Tuhan.
Semua tertunduk termasuk aku dan emir, aku terasa menyatu. Suara renyah
kakakku Idham, yang memimpin do'a berhasil membuat kami damai, sungguh.
Aku tak pernah merasa ini sebelumnya,
Hatiku sempat kacau, saat kak Idham mengucapkan "Do'a Selesai" namun
setidaknya, merpati-merpati itu telah mengepakkan sayapnya untuk segera
menyampaikan do'a itu pada Tuhan.
"Lee, happy birthday ya" kata Emir
" Udah? itu aja?" tanyaku memancing
"Sebenernya sih, gue mau bilang sesuatu!" ucap emir
"silakaan" kataku
"lo cantik hari ini" balasnya diikuti senyuman manisnya
Aku menghela napas sejenak, setelah itu mencoba mengepalkan tanganku
untuk memastikan apakah ini benar-benar kenyataan atau hanya bunga tidur
belaka, namun kepastian itu datang, saat emir menggenggam tanganku. Aku
pikir, saat itu kita benar-benar terlihat seperti Romeo and Julie atau
Galih dan Ratna, alaah sudahlah.
Aku menoleh dan tersenyum untuknya
"kerudung lo bagus deh" puji emir
Aku menciut, heran. aku segalanya.
"Lo kenapa sih? kok muji gue terus?" protesku
"dipuji kok marah?" tanyanya heran
"Ya.. beda aja"
"emangnya salah?"
"enggaa, ya tapi... gue ngerasa.. gue ngerasa aneh" jawabku tergagap
"gak ada yang aneh, kecuali yang satu ini!" ucap emir yang tertiba serius
"maksudnya?" tanyaku sambil menoleh serius padanya
"Gue mau pergi. operasi" jawabnya singkat
"bagus, itu gak aneh mir" balasku
"ini aneeh, tandanya setiap pagi kita gak bisa jogging bareng lagi,
setiap sore kita gak bisa makan es krim bareng lagi.. daan" jawabnya
terpotong
"daaan? setiap malam, kita gak bakal tiduran ditengah ilalang buat liat bulan sama bintang lagi?" potongku
"yaa... aneeh kan?" lanjutnya bertanya
"gak tau. kita kan belum pernah ngerasain kehilangan satu sama lain" jawabku tenang
"kita emang belum, tapi bakal" jawab emir menggebu
"lo kok berubah gini sih? kata lo, lo itu optimis. tapi lo kayak
pesimis. nganggep bahagia itu, ya cuma sama gue, bahagia itu banyak mir"
Emir menunjukkan amarahnya dengan memerahkan wajahnya. Lalu mengepalkan
kedua tangannya. Sepertinya ia menyerah untuk berdebat denganku
"aku berubah, karena aku sayang sama kamu" jawabnya sambil mengambil langkah mundur menjauh dari ku
"bukan mir.." jawabku
:"terserah kamu lee. kita emang gak pernah ada dalam satu tujuan, kita
beda arah. beda tujuan. sekarang ini hari terakhir kita, aku mau ke
spore. selamat tinggal" ujar emir sambil terus mengambil langkah mundur,
bergegas pergi, dan menghilangkan batang hidungnya. Kini Emir
benar-benar tidak ada dihadapanku. bayangan pandangannya sirna. semuanya
melebur menjadi satu, aku hanya terdiam terpaku. lemah rasanya. seperti
burung yang dulu pernah kita rangkul, kasihan burung itu. terkapar
lemah dengan satu sayap yang hilang. Ya seperti itu rasanya.
Air mataku terjatuh tanpa berkata, lalu aku juga ikut terjatuh.
Pandanganku gelap. Aku hanya dapat mendengar "Leesha kenapa?" tampaknya
semua orang disekelilingku khawatir. atau pura-pura khawatir, sudahlah
aku tak peduli. Biarkan saja mataku terus tertutup. Namun akan terbuka,
jika emir benar-benar kembali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar