satu reaksi bisa bikin semua jadi berarti.
kedengarannya asyik, dari awal saya emang udah tertarik banget dengan kalimat serba nyindir itu.
contohnya tragedi di kelas kimia tadi. bahkan saya rasa tragedi itu sudah memenuhi syarat untuk dianggap sebagai sejarah.
saya. yang tubuhnya terlalu lempeng untuk berbagai macam semburan panas, dari panas ruangan yang tak berventilasi hingga panas karena dihadapkan dengan sinar kilau sepuluh soal kimia yang jahatnya level monster tak berkulit. niat untuk nyontek yang sudah saya rencanakan matang-matangpun gagal total. guru itu memiliki tatapan tajam yang memaksa saya untuk duduk di barisan paling depan. sebenarnya, bukan sial karena (ekhm) tak bisa nyontek saja, tapi juga karena jika duduk di depan, dia. lelaki cuek itu. punya jarak yang dekat dengan saya, tepatnya; di belakang kiri saya, padahal seharusnya alam tahu bahwa saya sedang ingin membenci dia, padahal seharusnya alam mendukung misi yang hampir sukses itu. tapi lagi-lagi kata "yaudah" yang buat saya harus rela menerima kenyataan pahit.
alam pun yang memaksa saya untuk memancing perhatiannya dalam kesempatan emas itu. padahal saya tau harusnya bersikap apa. perdebatan antar batin dan alampun dimulai. alam, please. saya gak mau kecewa lagi, saya gak mau jatuh cinta lagi (sama dia).
tapi sial, batin saya kalah. entah apa misi alam selanjutnya, yang jelas mata saya yang tadinya fokus pada soal kimia nomor 5 berubah merangsang tangan untuk cepat-cepat mengeluarkan tip-x dari tempat pensil.
ah, saya tau. pasti biar lelaki yang di belakang itu pinjam tip-x nya karena harus mengoreksi kata yang salah. ah, mata saya malah spontan menengok ke belakang, melihat tubuhnya yang tadinya (ketika duduk di belakang, hanya bisa saya nikmati sebatas punggungnya saja) dia sedang memasang tampang bingung, bukan menatap saya. saya lihat matanya, lalu pulpen silvernya, lalu lembar jawabannya. ah, gila. super. bahkan terlalu lama untuk menengok ke belakang, bisa berakibat fatal. bisa aja dia jadi GR. huh.
barisan kata-kata di lembar soal kimia memanggil nama saya keras. meminta untuk segera dipertanggungjawabkan. sayapun selesai merangkai jawaban asal untuk soal sok serius nomor 5. dan beralih ke nomor 6. lalu ke nomor 7. 8. dan 9.
kaki bangku saya berguncang. saya kira pengaruh pertanyaan nomor 9 yang menuntut saya untuk menjawab detail tentang bunyi teori dalton dan thomson. tapi seperti biasa, perkiraan saya selalu salah. guncangan itu dengan cepat beralih ke pundak saya. colekan 3 kali.
spontan saya menengok. dan ah, dia berbisik sebelum akhirnya saya membalas bisikannya datar. bisikkan super listrik itu membuat saya resmi berhenti di soal nomor 9 dan tidak berusaha meladeni nomor 10. bisikkan itu. biasa. dan alakadarnya. tapi itu reaksi. dan bikin hari jumat saya jadi berarti. ah. dia.
"minjem tip-x"
"Ok.."