Kamu pernah bilang, mimpi tercipta untuk teraih, dengan begitu kamu bahagia, aku bahagia. Tapi tidak selamanya, sehari-dua hari aku mampu dan bisa dibilang ahli dunia tanpamu, tapi di hari ke-tiga, aku minta Tuhan agar tubuhku diganti lebih tegap, bibirku disenyumkan semanis Arnold Schwarzenneger, dan yang terpenting, mataku bisa melihat siapapun jelas tanpa terhalangi bayangan wajahmu. Tuhan belum menyampaikan jawaban, mungkin telat dan aku harap balasan itu datang amat telat, agar kedatanganmu terasa lebih cepat dan rinduku lenyap berkilat.
Rindu, kau tahu? Aku benci kata-kata, tapi nasibku bilang.. satu kata yang aku gores di kertas ini, kegantenganku akan bertambah, paling tidak kau akan menyesal meninggalkanku. Tapi, ada niat lain, aku belum butuh ganteng, toh jelek saja kau suka, aku malah takut jika rupaku berubah, kau beralih pada cowok jelek yang lain.
Aku berbeda denganmu, sayang. Aku menulisi kertas ini karena ada satu hal, yakni; Untuk kau tahu aku rindu kamu. Maaf aku tak punya bukti, maaf juga aku tak mengijinkanmu membelah dadaku agar kau tau seberapa rinduku. Perlu kau pikir sematang-matangnya, aku tak mungkin berbohong untuk kata kerja paling penting dalam hidupku; Rindu.
Hoamm, aku mengantuk, du. Biarkan tidur jadi dendamku meninggalkanmu, jika kau kembali, akupun. Tenang saja, perpisahan kita tak berlangsung lama, Tuhan sudah teramat rindu dengan tawa kita.
Jangan jatuh cinta di negeri paman sam, kecuali padaku.
Salam,
Lelaki Juara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar