Minggu pagi datang lagi, syukurlah…
ternyata Tuhan masih menahan segala kerinduanNya padaku, alhasil.. Ia masih
membiarkanku bias duduk disini, disudut taman Suropati. Walau Aku sendiri, tapi
suara tajam Daniel Sahuleka dalam earphone
yang sedari tadi terbenam di dua telinga, tak sedikitpun meneteskan rasa
sepi.
Sesekali datang beberapa penjual asongan dengan mengayuh sepedanya, bukan
sebuah kemungkinan lagi, pasti ada harapan agar Aku membeli dagangan mereka
dibalik maksudnya. Disampin itu, merpati-merpati putih juga berusaha mengambil
perhatianku, dengan sayapnya yang anggun. Diawal, tak ada memang yang dapat
mrmbuatku mencuri pandang lebih dari loma detik, tapi nyatanya, tidak! Bahkan
aroma manis itu tak sekadar menarik perhatianku, ia menarik juga atap rongga
hidungku, wajahku spontan menoleh dan….
“Kak, gak bias ngiket tali
sepatu, ya?” Tanya seseorang dengan suara halus dari samping kiriku
Sungguh, hati ini melonjak terkejut
mendengarnya, terlihat seorang anak kecil, berambut lurus, poninya ikut
menutupi kening. Kedua tanggannya, menggenggam erat sebotol minuman beraroma
cokelat panas.
“bi.. bi sa.. ko..ok” jawabku
takut-takut
“kok bisa kelepas talinya? Alessandra
boleh bantu?” tanyanya
Oh jadi Alessandra namanya? Siapa dia?
Berani-berani membuatku takut.
“Ah kakak telmi, sini deh aku yang
bantu iket!” serunya sambil menuju kearah kakiku, dan dengan sigap. HAP!
Rapilah susunan tali sepatuku itu.
Wajahku memerah, terlali besar gengsi
ini untuk berterima kasih pada anak kecil.
“Aku boleh duduk disamping kakak, kan?”
pintanya
Aku mengangguk masih dengan rasa
canggung. Tak kuasa aku menahan rasa malu yang menciprat kewajah, menimbulkan
keringat yang terlalu dingin untuk pagi yang dingin juga.
“Aku Alessandra, kakak siapa?”tanyanya
dengan senyum mengembang
“Aku… A… Audisya!” Jawabku mencoba
mengusir ketegangan yang hinggap.
“Kakak kok kelihatan takut?” tanyanya
heran
“Ah enggak kok…” kataku berusaha
menutup kebenaran
“O… gitu” jawabnya sambil meneguk
cokelat panas dalam botol
“Kamu suka cokelat panas?” tanyaku
berusaha mencairkan ketegangan
“Wah, kalau cokelat panas, bibir Sandra
bias melepuh..”
“trus
apa yang kamu minum?” tanyaku penasaran
“Ini namanya cokelat hangat, kak”
katanya mantap
Ah, lagi lagi wajahku dibuat merah
olehnya
“O.. ngomong-ngomong, siapa yang buat,
san?” tanyaku lagi
“Sama ibu panti, namanya bu Marina”
balas Sandra
“emangnya, ibu kamu kemana?”
“Ibu Marina? Ada kok dirumah..”
“buk.. bukan, mak…”
“ibu aseli? Kata Bu Marina, Ibu aseli
Sandra pergi ke surga, walah Sandra belum lihat dia, tapi Sandra yakin, ibu
akan dating, asal Sandra gak nangis terus, Sanda juga gak mau jadi anak penakut
kayak kakak!” cetusnya
“lho?
Emangnya Aku penakut…” tanyaku tak rela
“Hehehe, peace kak!”
“Eh san, yang kasih kamu nama siapa?”
“Nama Alessandra dikasih sama kak
Januari, Dia kakak aku dipanti, umurnya lima belas tahun, tingginya lebih
sedikit dari kakak”
“O gitu, namanya bagus.. kirim salam ya
ke Dia..”
“Sip kak, omong-omong aku sama kak
Januari lagi nabung lho, uangnya buat
ke kota Alexandria”
“mau ngapain ke sana?” tanyaku heran
“Aku mau cari ibu sama ayah, disana”
Mataku spontan berkaca-kaca, suara
sendunya benar-benar menggoyahkan dinding hatiku”
“kok kakak diem? Kakak tau gak, kota
Alexandria itu dimana?”
Aku menggeleng pelan
“Alexandria itu kota terbesar kedua di
Mesir, hmm setelah kota Kairo tentunya, Nah kota itu dibangun sama Alexander
The Great dari Romawi, tahun 322 sebelum masehi. Yang paling terkenal di kota
itu adalah perpustakaanya kak, seinget aku nama perpustakaan itu Bibliotheca Alexandrina, tapi.. saying…..
Julius Caesar dateng nyerang Mesir, perpustakaan itu dibakar, hasilnya ada
sekitar empat ratus ribu buku yang hangus, dan ternyata itu ulah Barbar,
tentara Julius, akhirnya Julius minta maaf atas itu sama Cleopatra, tau dia
kan? Ratu Mesir dan Ratu cinta yang berhasil menaklukan hati panglima-panglima
perang, misalnya yaa Julius Caesar itu sama Mark Antony, aku rasa Julius
sengaja ngelakuin itu, demi merebut hati Ratu Cleopatra, aku tahu itu semua
dari Kak Januari, katanya.. dia baca buku tentang itu karya William
Shakespeare!” jelasnya panjang lebar, dengan semangat 45
“William Shakespeare?” tanyaku tak
percaya
“Iya… kak..”
“Kenapa kamu yakin, ibu kamu ada
dikota Alexandria?”
“Kata Bu Marina, ibu ada disurga, dan
kata Kak Januari, Alexandria itu surga”
Air mataku spontan terjatuh,
Alessandra terlalu kecil untuk mempercayai sesuatu tak benar yang tak akan pernah
terjadi
“kakak kenapa nangis?” tanyanya
penasaran
“meneteskan air mata itu, gak Cuma berarti
nangis, bias aja itu suatu bentuk kagum, terharu, ataaau ngantuk!” ucapku
sambil menyelipkan sedikit guyonan kuno
“terus, kalo arti setiap aku inget ibu
dan ayah, aku pasti netesin air mata itu karena kagum, terharu atau ngantuk ya,
kak?” tanyanya tanpa tawa sedikitpun,
Karya Audisya Fatia
Baca
ah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar